B Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Progresivisme Aliran progresivisme lahir dan sangat berpengaruh dalam abad ke-20 di Amerika. Progresivisme ini bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri, namun merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan tahun 1918. A Arti dari Filsafat, Pendidikan dan Islam. Filsafat Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi akademiini terus berkembang hingga menjadi sebuah universitas pertama di dunia. 3/1/2015 f pemikiran filsafat pendidikan plato pendidikan adalah tanggung jawab negara dan pelaksanaan pendidikan harus mendapat perhatian yang utama pendidikan pada hakekatnya merupakan tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran LATARBELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN BAB I PENDAHALUAN Puji syukur bagi Allah yang maha kuasa, dengan berkat izin Allah yang maha pengasih dan maha penyanyang sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini. Latarbelakang muncul filsafat pendidikan Pentingnya filsafat pendidikan Filsafat pendidikan penting untuk mengarah kepada perbaikan, kemajuan, keteguhan dan dasar sistem pendidikan tidak akan tumbuh, berkembang, dan selaras dengan kemajuan tanpa pemikiran filsafat yang diiringi dengan pembaharuan daya cipta di dunia Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN Jalaluddin dan Idi, A. 2012. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta RajaGrafindo Persada Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan the mother of science yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Di antara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realitas dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan. Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, maka berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis. Kemunculan filsafat pendidikan ini disebabkan banyaknya perubahan dan permasalahan yang timbul dilapangan pendidikan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu filsafat. Ditambah dengan banyaknya ide-ide baru dalam dunia pendidikan yang berasal dari tokoh-tokoh filsafat Yunani. A. Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno Sejarah menunjukkan bahwa kini filsafat tidak lagi membawa pemikiran mengenai adanya subjek besar sebagaimana masa lalu. Kemajuan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan alam, telah menggoyahkan dasar-dasar pemikiran filsafat. Filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan dan perekat kembali berbagai macam ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui salah satu cerita dalam kategori filsafat spiritualisme kuno. 1. Timur Jauh Yang termasuk dalam wilayah timur jauh ialah China, India, dan Jepang. Di India, berkembang filsafat spiritualisme Hinduisme dan Budhhisme. Sedangkan di Jepang berkembang Shintoisme. Begitu juga di China, berkembang Taoisme dan Konfusianisme. a. Hindu Pemikiran spiritualisme Hindu adalah konsep karma yang berati setiap individu telah dilahirkan kembali secara berulang dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal reinkarnasi. Karma tersebut pada akhirnya akan menentukan status seseorang sebagai anggota suatu kasta. Agama Hindu yang politeisme dan kuno itu telah berkembang selama ribuan tahun. Dalam Hindu banyak dewa yang dipuja, tetapi hanya ada tiga dewa yang utama, yakni Brahmana, Shiwa dan Wishnu. b. Buddha Pencetus ajaran Buddha ialah Sidarta Gautama sebagai akibat dari ketidakpuasannya terhadap penjelasan para guru Hindusme tentang kejahatan yang sering menimpa manusia. Dalam pemurnian keadaan menjadi sempurna, Buddha menyebarkan delapan jalur yang mulia a pandangan yang benar; b aspirasi yang benar; c berbicara yang benar; d berbuat yang benar; e mata pencaharian yang benar; f berusaha yang benar; g kesadaran yang benar; h renungan yang benar. Apabila delapan ajaran tersebut dipelajari, maka manusia akan menjadi mulia dan sempurna. Sebaliknya, apabila manusia cenderung melakukan pelanggaran, ia akan menjadi sengsara. Karena filsafat Buddha berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini terliputi oleh sengsara yang disebabkan oleh “cinta” terhadap suatu yang berlebihan. c. Taoisme Pendiri Taoisme ialah Lao Tse, lahir pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung makna filsafat adalah jalan Tuhan atau sabda Tuhan. Tao ada di mana-mana, tetapi tidak terbentuk dan tidak dapat pula diraba, tidak dapat dilihat dan didengar. Tao berarti suatu jalan yang dilalui kejadian-kejadian alam yang timbul secara alami dan ditambah selingan-selingan yang teratur, seperti siang dan malam. Para pengikut Taoisme diajarkan untuk menerima dan menyesuaikan diri secara pasti dengan hukuman-hulkuman dan cara bekerja alam. Taoisme menganggap bahwa alam semesta sebagai sistem yang sempurna dan ideal berjalan menurut kekuatan bertuhan. d. Shinto Shinto merupakan agama yang utama di Jepang yang menitikberatkan pemujaan alam dan pemujaan leluhur. Agama Shinto memiliki banyak upacara keagamaan yang sederhana, pemberian kurban yang khidmat dan upacara di tempat suci yang dipersembahkan kepada dewa matahari, sungai-sungai, sungai-sungai, desa-desa, pohon-pohon, pahlawan-pahlawan dan sejenisnya, dengan tujuan agar memperoleh panen yang baik, perlindungan terhadap luka-luka atau pencurian dan kemurahan hati. Kojiki, kitab suci agama Shinto, tidak hanya menerangkan proses penciptaan alam semesta yang dilakukan oleh para dewa dan bahwa manusia itu abadi, tapi ia juga menegaskan bahwa setiap orang harus memiliki dirinya sendiri, melakukan hal-hal yang mengandung nilai budi luhur dan mengajarkan mencuci dengan air sebagai metode pencucian keagamaan. 2. Timur Tengah a. Yahudi Agama Yahudi pada prinsipnya sama dengan agama Nasrani dan agama Islam, karena itu agama Yahudi disebut juga agama kitab samawi, yang berarti agama yang mempunyai kitab suci dari Nabi. Pemikiran-pemikiran filsafat Timur Tengah muncul sekitar 1000-150 SM. Tanda-tanda yang tampak atas keberadaan pemikiran filsafat itu ialah adanya penguraian tentang bentuk-bentuk penindasan moral dari monoteisme, peredaran, kebenaran dan bernilai tinggi. Ajaran Yahudi mengalami penyesuaian dengan filsafat Helenismenya Philo. Philo adalah keluarga iman kelahiran Alexandria. Menurut Philo, sedikit manusia yang dapat menguraikan tentang Allah secara positif, yaitu bahwa Dia itu Esa, tidak tersusun dari bagian-bagian. Dia mempunyai kesempurnaan yang amat tinggi akan keindahan, kebaikan yang mutlak dan kemahakuasaan. Berbeda dengan Philo, kaum Parsi mengatakan bahwa Allah telah menyesal atas bencana yang telah ditimpakan terhadap kaum Yahudi Haikal dan perampasan terhadap anak-anakNya. Lebih kurang 200 tahun SM, di Palestina telah tumbuh berbagai lembaga pendidikan yang membahas dan mempelajari syariat dan hukum-hukum Torah. Lembaga pendidikan itu muncul dalam rangka untuk mengimbangi pengaruh ajaran filsafat dan kebudayaan kaum Yahudi yang sudah mengalami kemajuan di bidang pendidikan. Terbukti sudah banyak berdiri sekolah dasar bagi para anak laki-laki di setiap desa dan program pendidikan khusus bagi wanita di rumah. Program pendidikan mereka sudah bersifat universal. Tak heran jika doktrin-doktrin monoteisme dan pengajaran-pengajaran etis telah meresapi pikiran-pikiran kaum Yahudi. b. Kristen Para filsuf Kristen pada masa zaman Patristik mempunyai identitas yang bervariasi dan mempunyai banyak aliran pemikiran. Namun dalam hal-hal tertentu, mereka mempunyai persamaan dalam bertindak. Perkembangan agama ini sangatlah pesat berkat keberanian, ketabahn dan ketekunan para pengikutnya. Agama Kristen ini juga mempunyai ajaran-ajaran. Pokok ajarannya adalah mengajarkan konsep Tuhan dalam arti monoteisme murni. Dasar kepercayaan keagamaan yang dijadikan sumber ajaran-ajaran agama Kristen ini kemudian dikembangkan oleh Paulus yang diajarkan dalam lingkungan jemaat-jemaat asing di Asia Kecil. Kebudayaan-kebudayaan yang maju dan ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan sudah ditemukan sejak 4000 SM. Yesus Kristus dikenal sebagai guru, ajaran-ajaran yang diberikannya sangat memengaruhi ilmu pengetahuan, dan cara-cara mengajar di sekolah seluruh dunia sampai sekarang. Namun sebaliknya, orang-orang Yahudi juga berusaha keras untuk melestarikan kepercayaan-kepercayaan dan adat istiadat kuno mereka walaupun telah mengalami kekalahan militer. 3. Romawi dan Yunani Antromorpisme Antromorpisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sifat Tuhan pencipta dengan sifat-sifat yang ada pada manusia yang diciptakan. Paham ini muncul pada zaman Patristik dan Skolastik, pada akhir zaman kuno atau zaman pertengahan, filsafat Barat yang dikuasai oleh pemikiran Kristiani. Pada periode ini, filsafat diajarkan di sekolah-sekolah, biara-biara, dan universitas. Aliran-aliran filsafat yang mempunyai pengaruh sangat besar di Roma adalah pertama, Epistemologi, yang dimotori oleh Epicurus 341-270. Epicurus mengatakan bahwa rasa suka akan dimiliki apabila hidup secara relevan dengan alam manusia. Mengingat dunia ini terdapat banyak kedukaan, maka manusia hendaknya memiliki sifat khali sunyi atau sendirian agar dapat merasakan kehidupan yang sempurna. Kedua, aliran Stoa, yang dipelopori Zeni 336-246. Aliran ini mempunyai pendapat bahwa adanya kebajikan itu apabila manusia hidup sesuai dengan alam dan semua manusia itu sama. Dalam sejarah, filsafat Yunani dipakai sebagai penangkal sejarah filsafat Barat. Pada masa itu terdapat keterangan-keterangan mengenai proses terjadinya alam semesta dan isinya, namun keterangan tersebut sebatas kepercayaan semata. Tiap kota di Yunani mempunyai pemerintahan masing-masing, sehingga sering terjadi kesalahpahaman yang mengakibatkan perpecahan di antara mereka. Sastra dan olah raga mampu menimbulkan persatuan di antara mereka, maka kedua faktor ini merupakan faktor yang penting dalam pendidikan Yunani Kuno. Yunani memiliki dua pusat kebudayaan, yaitu Sparta dan Athena. B. Reaksi terhadap Spiritualisme di Yunani Spiritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan kerohanian, lawan dari materialisme. Karena itu, spiritualisme mendasari semua yang ada di ala mini roh, sukma, jiwa yang tidak terbentuk dan tidak menempati ruangan. Jiwa menentukan sesuatu yang nyata dengan melalui alam metafisis yang keberadaannya di luar jangkauan rasio dan bersifat materiil. Namun demikian, ada beberapa filsuf yang merasa kurang puas dengan aliran spiritualisme yang dianggap tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Maka lahirlah aliran materialisme dan rasionalisme yang merupakan reaksi filsuf terhadap aliran spiritualisme. Sebenarnya reaksi ini tidak saja bergulir di Yunani, tetapi juga di dunia Barat dan Eropa. 1. Idealisme Tokoh aliran idealisme adalah Plato 427-374 SM. Aliran idealisme merupakan suatu aliran filsafat yang mengagungkan jiwa, sedangkan cita adalah gambaran asli yang bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh pancaindra. Dari pertemuan jiwa dan cita lahirlah suatu angan-angan, yaitu dunia idea. Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah, dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Filsafat idelisme Plato banyak memberikan pengaruh dan sumbangan dalam dunia pendidikan. Menurut Plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya sendiri selaku individu maupun bagi warga Negara. Setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu yang ada sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan masing-masing sesuai jenjang usianya. 2. Materialisme Aliran materialisme merupakan aliran filsafat yang berisi tentang ajaran kebendaan, bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini dapat dilihat atau diobservasi, baik wujudnya, gerakannya, maupun peristiwa-peristiwanya. Tokoh-tokoh aliran materialisme adalah Leukipos dan Demokritus 460-370 SM. Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena atom kecil, yang mempunyai bentuk dan bertubuh. Jiwapun dari atom kecil yang mempunyai bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak. Atom-atom tersebut membentuk satu kesatuan yang dikuasai oleh hukum-hukum fisis kimiawi, dan atom-atom yang tertinggi nilainya dapat membentuk manusia, dan kemungkinan yang dimiliki manusia tidak melebihi kemungkinan kombinasi-kombinasi atom. Demikian juga dengan keberakhiran atau kematian, disebabkan karena hancurnya struktur atom-atom, peleburan dan kombinasi atom-atom yang ada pada manusia atau alam lainnya. 3. Rasionalisme Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan itu terletak pada akal. Aliran rasionalisme lahir karena adanya usaha untuk membebaskan diri dari bentuk peikiran yang tradisional skolastik yang dianggap tidak pernah mampu menangani dan menemukan hasil terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan aliran skolastik lebih banyak mengadakan praduga yang berisikan angan-angan semata. Pada prinsipnya, filsuf rasionalisme menginginkan adanya cara baru dalam berpikir yangbisa menghasilkan penemuan yang mutlak. C. Pemikiran Filsafat Pendidikan menurut Socrates 470-399 SM Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofis dan metode pengajarannya sangat memengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia Barat. Prinsip dasar pendidikan, menurut Scorates adalah metode dialektis. Metode ini digunakan sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Seorang guru tidak boleh memaksakan gagasan-gagasan atau pengetahuannya kepada seorang siswa, karena seorang siswa dituntut untuk bias mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir secara kritis. Manusia akan mampu untuk menertibkan, meningkatkan dan mengubah dirinya dengan cara berpikir. Sehingga orang sungguh-sungguh mengetahui dan mengerti apa yang benar dan dapat menyadari konsekuensi-konsekuensi akan perbuatannya. Dalam pendidikan, Scorates menggunakan sistem atau cara berpikir yang bersifat induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus. D. Pemikiran Filsafat Pendidikan menurut Plato 427-347 SM Menurut Plato, idealnya dalam sebuah negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang paling khusus. Tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugasnya secara efisien sebagai seorang anggota masyarakat. Pemerintah harus mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta akan kebaikan dan keadilan dalam menanamkan program pendidikan. ` Pendidikan direncanakan dan diprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga sampai 20 tahun. Kedua, dari usia 20 hingga 30 tahun. Ketiga, dari usia 30 sampai 40 tahun. Sayangnya, Plato melewatkan bidang pendidikan dasar elementary education. E. Pemikiran Filsafat Pendidikan menurut Aristoteles 367-345 SM Aristoteles adalah murid Plato yang lahir pada tahun 394 SM. Umat manusia telah berutang budi padanya oleh karena banyaknya ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya logika, metafisika, politik, etika, biologi dan psikologi. Menurut Aristoteles, agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan. Aristoteles juga menganggap penting pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan dasar. Pada tingkat pendidikan usia muda, peril ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Menurut Aristoteles, untuk memperoleh pengetahuan, manusia harus melebihi dari binatang-binatang lain dalam berpikir, harus mengamati dan secara hati-hati mengaanalisis struktur-struktur, fungsi-fungsi organisme itu, dan segala yang ada dalam alam. Oleh karena itu, prinsip pokok pendidikan adalah pengumpulan dan penelitian fakta-fakta belajar induktif, suatu pencarian yang objektif akan kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan. Makalah Filsafat Pendidikan Pada kesempatan kali ini penulis akan membagikan makalah filsafat pendidikan, yang mana di dalam membahas tentang pengertian filsafat, filsafat pendidikan, hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan, manfaat belajar filsafat pendidikan dan ruang ruang lingkup filsafat pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu hal yang penting, karena dengan berfilsafat dunia pendidikan akan mengetahi hakikat dari makna, tujuan, metode, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri. Arti penting dari berfilsafat itu sendiri adalah agar tujuan-tujuan yang telah diketahui dan ditetapkan dapat tercapai. Sebagaimana Ali Khalil Abu Ainaini merumuskan pengertian filsafat pendidikan yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis dalam “bukunya Filsafat Pendidikan Islam” bahwa filsafat pendidikan itu sebagai “kegiatan-kegiatan pemikiran yang ssistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai cara untuk mengatur dan menerangkan nilai-niai tujuan pendidikan yang akan dicapai direalisasikan.[1] Dari uraian di atas, maka akan memunculkan sebuah pertanya; terus apa pengertian dari filsafat, pendidikan, dan Islam itu sendiri? Oleh sebab itu, di dalam makalah ini penulis ingin membahas, mengkaji, dan menganalisis tentang Filsafat Pendidikan Islam. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut Apa yang dimaksud dengan filsafat dan filsafat pendidikan? Bagaimana hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan? Apa manfaat dari belajar filsafat? Apa saja ruang lingkup dari filsafat pendidikan? C. Tujuan Masalah Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut Untuk mengetahui pengertian dari filsafat, filsafat pendidikan, dan filsafat pendidikan Islam. Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan? Untuk mengetahui manfaat belajar filsafat. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan. BAB II PEMBAHASAN A. Filsafat Pendidikan Secara etimologi Filsafat pendidikan itu mengandung dua pengertian yang berbeda, yaitu 1 Filsafat, dan 2 Filsafat Pendidikan. Agar kedua dari pengertian tersebut dapat tergambarkan dan dipahami secara menyeluruh, maka penulis akan menguraikan ketiga pengertian tersebut di bawah ini. Pengertian Filsafat Ramayulis di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” yang mengutip dari Imam Barnadib mengatakan, bahwa dalam segi bahasa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philar dan sophia. Philar adalah berarti cinta dan Sophia berarti kebenaran atau kebaajikan. Jadi, kata filsafat berarti cinta akan kebenaran atau kebajikan.[2] Selain itu, Muzayyin Arifin di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” menjelaskan, bahwa secara harfiah, filsafat berarti “cinta kepada ilmu”. Filsafat berasal dari kata Philo yang artinya cinta dan Sophos artinya ilmu/hikmah.[3] Jadi dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa setiap manusia yang mencintai suatu ilmu/hikmah yang mana dengan ilmu tersebut dia mencari suatu kebenaran dengan mendalam dan tanpa batas maka disebut dengan filsuf. Dan filsafat ini merupakan ilmu pertama yang diamalkan untuk menemukan suatu kebenaran atau sebuah rumusan dari segala ilmu penegtahuan. Sebagaimana Muzayyin di dalam bukunya yang sama menjelaskan, bahwa secara historis, filsafat menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai zaman modern sekarang.[4] Sedangkan secara istilah makna dari filsafat dapat dirumuskan suatu kegiatan berpikir secara mendalam dan bebas, agar hakikat dari kebenaran yang dicari dapat ditemukan. Hal ini sesuai dengan yang dikutip Ramayulis di dalam bukunya dari beberapa ilmuan; pertama, Muhtar Yahya mengatakan bahwa “berpikir filsafat adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya yang bebas dan teliti yang bertujuan hanya mencari hakikat kebenaran tentang alam semesta, alam manusia, dan dibalik alam”. Kedua, Soegardo Poerbakwatja juga mengatakan, bahwa “filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab musabab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan fikiran belaka”. Ketiga, sementara Imam Barnadib menyatakan bahwa “filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami segala hal yang timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia”.[5] Dengan demikian, dari beberapa pengertian tersebut diharapkan manusia dapat memahami, mengerti, dan mempunyai pandangan yang menyeluruh, mendalam, dan sistematis mengenai dirinya sendiri sebagai manusia, sekitarnya sebagai lingkungan, dan penciptanya sebagai Tuhan. Pandangan yang mendalam, menyeluruh, dan sistematis ini menghendaki manusia untuk selalu mempunyai daya pikir yang sadar, mendalam, teliti, dan teratur ketika berfilsafat. Hal ini sesuai dengan yang dirumuskan Ramayulis, bahwa berfilsafat adalah berpikir rasional, spekulatif, sistematis, radikal, dan universal.[6] Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami, bahwa filsafat adalah suatu kegiatan berpikir secara mendalam dan menyeluruh dengan disertai tindakan sadar, teliti, dan teratur agar hakikat dari sebuah kebenaran dapat ditemukan. Pengertian Filsafat Pendidikan Pendidik yang peduli terhadap anak didiknya pasti akan memikirkan pendidikannya, karena seorang pendidik pasti menginginkan anak didiknya menjadi pintar, lulus, dan sukses dalam menggapai cita-citanya. Di dalam dunia pendidikan hal yang harus dan pasti dipikirkan dan dibahas oleh seorang pendidik adalah hakikat, latar belakang, tujuan, metode, evalusai, dan segala susuatu yang berkaitan dengan pendidikan. Di dalam memikirkan dan membahas segala hal yang berkaitan dengan pendidikan itulah disebut dengan filsafat pendidikan. Sebagaimana Redja Mudyahardjo di dalam bukunya “Filsafat Ilmu Pendidikan” mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya.[7] Menurut John Dewey yang dikutip oleh Jalaluddin dan Abdullah di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan” mengatakan, bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir intelektual maupun daya perasaan emosional, menuju ke arah tabi’at manusia, maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum pendidikan.[8] Sedangkan Jalaluddin dan Abdulah Idi di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan” yang mengutip dari Asy-Syaibani menjelaskan, bahwa filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.[9] Artinya dengan berfilsafat diharapkan persoalan-persoalan yang terdapat di dalam pendidikan dapat terpecahkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muzayyin Arifin, bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan.[10] Selain itu, Anas Salahudin di dalam bukunya Filsafat Pendidikan juga merumuskan beberapa pengertian dari filsafat pendidikan, di antaranya yaitu; Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi, dan tujuan pendidikan. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori pendidikan. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Filsafat pendidikan mengkaji berbagai teori kependidikan, metode, dan pendekatan daam pendidikan. Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran alternatif. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat tentang kurikulum pendidikan. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat evaluasi pendidikan dan evaluasi pembelajaran. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat alat-alat dan media pembelajaran.[11] Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan adalah suatu kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, dan teratur tentang masalah-masalah yang terdapat di dalam dunia pendidikan agar masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Baca juga Makalah Pembelajaran Tematik B. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan Hasan Langgulung di dalam bukunya asas-asas pendidikan Islam mengutip dari John Dewey menjelaskan, bahwa filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Dalam kaitanya dengan ini Hasan Langgulung berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang kemudiaan disebut dengan pendidikan.[12] Sedangkan John S. Brubachen, seorang guru besar filsafat asal Amerika mengatakan, bahwa hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubunga tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama.[13] Selanjutnya Noor Syam di dalamnya bukunya Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila mengutip dari Kilpatrik menjelaskan bahwa berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah uasaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan dalam kepribadian manusia.[14] Selain itu Jalaluddin dan Said di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” mengutip dari Prof. DR. Oemar Muhammad At-Toumy Asy-Syaibani secara rinci menjelaskan, bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep di antara gejala yang bermacam-macam, yang meliputi; Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh. Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidikan. Pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia.[15] Dari sini dapat kita pahami bahwa filsafat dan filsafat penddikan merupakan dua istilah yang berbeda tetapi sangat berhubungan antara satu dengan yang lain, karena pendidikan merupakan realisasi dari filsafat. Dalam kaitanya hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan ini Jalaluddin dan Said menjelaskan, bahwa hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuanyang ingin dicapai. Jadi terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendididkan, dan pengalaman manusia.[16] Dari beberapa Uraian di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan, bahwa hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak bisa dipisahkan, karena filsafat memberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, pengembangan, dan meningkatkan kemajuan dan landasan yang kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan yang diharapkan. C. Manfaat Belajar Filsafat Pendidikan Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di lembaga pendidikan tenaga keguruan dituntut untuk memikirkan masalah-masalah hakiki terkait pendidikan. Dengan begitu, pemikiran mahasiswa menjadi lebih terasah terhadap persoalan-persoalan pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro. Hal ini menjadikan mahasiswa lebih kritis dalam memandang persoalan pendidikan. Di samping itu, mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah- masalah hakiki pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga dapat lebih arif dalam memahami problem pendidikan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan, yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya.[17] D. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Jalaluddin dan Sa’id di dalam bukunya mengutip dari Tim Dosen IKIP Malang menjelaskan, bahwa Secara makro umum apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga merupakan obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi seara mikro khusus yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi; Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan The Nature Of Education. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan The Nature Of Man. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan. Merumuskan hubungan antara negara ideologi, filsafat pendidikan, dan politik pendidikan sistem pendidikan. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pedidikan.[18] Berbeda dengan yang di atas, Drs. Anas Salahudin, di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan” merumuskan, bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut; Pendidik Murid atau anak didik Materi pendidikan Perbuatan mendidik Metode pendidikan Evaluasi pendidikan Tujuan pendidikan Alat-alat pendidikan Dan lingkungan pendidikan.[19] Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu persatu. Para pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. siapa saja dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani. Dan pendidik itu harus membina, mengarahkan, menuntun, dan mengembangkan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik.[20] Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan. Pendidik mempunyai peran penting dalam berlngsungnya pendidikan. baik atau tidaknya pendidikan berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan. Para pendidik memikul tanggung jawab yang berat untuk memaajukan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, negara bertanggungjawab untuk meningkatkan kinerja para pendidik melalui berbagai peningkatan. Misalnya, peningkatan kesejahteraan para pendidik, menaikkan tunjangan fungsional para pendidik, membantu dana pendidikan lanjutan hingga meraih gelar doktor, dan memberikan beasiswa untuk berbagai penelitian.[21] Anak Didik secara filosofis merupakan objek para pendidikan dalam melakukan tindakan yang bersifat medidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik, kondisi ekonomi keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya, itu membuat seorang pendidik mengutamakan fleksibilitas dalam mendidik. Anak didik merupakan subjek pendidika, yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Agar pendidikan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, maka jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuaai dengan perkembangan psikologis anak didik.[22] Materi Pendidikan, yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa dengan susunan yang lazim dan logis untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.[23] Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya disebut dengan tahzib. Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik tentang kehidupan, medalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pandangan hidup.[24] Metode pendidikan, yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik. metode berfungsi mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi pendidikan tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.[25] Evaluasi dan Tujuan Pendidikan. Evaluasi yaitusistem penilaian yang diterapkan kepada peserta didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang dilaksanakannya. Evaluasi pendidikan sangat bergantung pada tujuan pendidikan. jika tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, maka sistem evaluasi ynag dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksud.[26] Alat-alat Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung terlaksananya pendidikan. Sedangkan lingkungan pendidikan adalah segala seusuatu yang terdapat disekitar lingkungan pendidikan yang mendukung terealisasinya pendidikan.[27] BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Filsafat adalah suatu kegiatan berpikir secara mendalam dan menyeluruh dengan disertai tindakan sadar, teliti, dan teratur agar hakikat dari sebuah kebenaran dapat ditemukan. Filsafat pendidikan adalah suatu kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, dan teratur tentang masalah-masalah yang terdapat di dalam dunia pendidikan agar masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak bisa dipisahkan, karena filsafat memberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, pengembangan, dan meningkatkan kemajuan dan landasan yang kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan yang diharapkan. Mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah- masalah hakiki pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga dapat lebih arif dalam memahami problem pendidikan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan, yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya. Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah 1 Pendidik, 2 Murid atau anak didik, 3 Materi pendidikan, 4 Perbuatan mendidik, 5 Metode pendidikan, 6 Evaluasi pendidikan, 7 Tujuan pendidikan, 8 Alat-alat pendidikan, 9 lingkungan pendidikan. B. Saran Dengan mempelajari dan mengkaji tenang filsafat pendidika ini, diharapkan mulai sekarang mahasiswa lebih berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang ada di dunia pendidikan, karena sudah sepantasnya mahasiswa pendidikan nantinya akan menjadi penerus pendidik dan filsof di dalam dunia pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2015, cet. ke-4. Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2014 cet. ke-7, Ed. Rev. Mudyahardjo, Redja, Pendidikan Ilmu Pendidikan, Bandung Rosda Karya, 2004. Abdullah Idi dan Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, Jakarta Gaya Media Pratama, 2002 cet. ke-2. Salahudin, Anas, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, cet. ke-10. Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam Jakarta Al-Husna, 1987. Noor Syam, M., Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila, Surabaya Usaha Nasional, 1988. Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1994. hal. 21. dikutip pada hari Jum’at, 29 September 2017, pukul WIB. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia, 2005, hlm. 14. Referensi Buku [1] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2015, cet. ke-4, hlm. 4. [2] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2015, cet. ke-4, hlm. 2. [3] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2014 cet. ke-7, Ed. Rev., hlm. 3. [4] Ibid, hlm. 3. [5] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2015, cet. ke-4, hlm. 2. [6] Ibid, hlm. 3. [7] Redja Mudyahardjo, Pendidikan Ilmu Pendidikan, Bandung Rosda Karya, 2004, hlm. 3-4. [8] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta Gaya Media Pratama, 2002 cet. ke-2, hlm. 13. [9] Ibid, hlm. 13. [10] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2014 cet. ke-7, Ed. Rev., hlm. 5. [11] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, cet. ke-10, hlm. 22-23. [12] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam Jakarta Al-Husna, 1987, hlm. 40. [13] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta Gaya Media Pratama, 2002 cet. ke-2, hlm. 18. [14] M. Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila, Surabaya Usaha Nasional, 1988, hlm. 43. [15] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 11-12. [16] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 22. [17] hal. 21. dikutip pada hari Jum’at, 29 September 2017, pukul WIB. [18] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 17. [19] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, cet. ke-10, hlm. 24. [20] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia, 2005, hlm. 14. [21] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, cet. ke-10, hlm. 24-25. [22] Ibid, hlm. 25. [23] Ibid, hlm. 25. [24] Ibid, hlm. 26. [25] Ibid, hlm. 26. [26] Ibid, hlm. 26 [27] Ibid, hlm. 26 BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahKetika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktivitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Manusia belajar dengan otaknya melalui rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa itu, pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang melupakan pendidikan bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di tangannya. Pendidikan memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di dalam kehidupannya. Karena itulah manusia mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat pendidikan perlu di kuasai oleh para pendidik, karena pendidikan bersifat normative. Selain itu , pendidikan tidak hanya di pahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistik, adapun kajian pendidikan secara holistik dapat dilakukan melalui pendekatan berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme , Pragmatisme dan sebagainya. Pemahaman tentang filsafat pendidikan ini akan membantu kita agar tidak terjerumus ke dalam filsafat lain yang menjerumuskan kita, di samping itu, dengan mempelajari filsafat pendidikan berguna memperkokoh landasan Filsafat pendidikan kita. Oleh karena itu akan kami bahas lebih dalam tentang filsafat pendidikan, latar belakang dan seluk Rumusan MasalahDari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka rumusan masalah untuk makalah ini adalah sebagai berikut1. Bagaimana pengertian filsafat pendidikan?2. Bagaimana yang dimaksud filsafat sebagai induk pengetahuan?3. Bagaimana yang dimaksud pendidikan sebagai cabang ilmu dari filsafat?4. Bagaimana dorongan sejarah filsafat yunani terhadap filsafat pendidikan?BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Filsafat PendidikanDefinisi Filsafat secara Etimologis yaitu philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari atas philo dan shophia, dalam bahasa arab disebut falsafah. Philo artinya cinta, Sophia kebijaksanaan. Menurut Poedjawinata, philo artinya cinta, dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang dinginkan itu. Sedangkan sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang Dengan demikian secara etimologis, philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat Ciceros 106-43 SM penulis Romawi, orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras 497 SM, sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”. Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup karena itu, datangnya kebijaksanaan bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata lain dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada di sekeliling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak pendidikan adalah manusia, yang mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sangat kompleks tersebut, tidak ada satu batasan yang bisa menjelaskan Hakikat pendidikan secara lengkap. Batasan yang diberikan para ahli beraneka ragam, karena orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau falsafah yang mendasarinya juga Ki Hajar Dewantara, Hakikat pendidikan ialah proses penanggulangan masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur hidup. Pada tingkat permulaan pendidik lebih menentukan dan mencampuri pendidikan peserta didik. Setelah itu pendidik hanya sebagai pengasuh yang mendorog, membimbing, memberi teladan, menuntun serta menyediakan dan mengatur kondisi untuk membelajarkan peserta didik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang mampu memperbaharui diri secara terus menerus dan aktif menghadapi lingkungan itu terlihat pada semboyan dan perlambangan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu, "ing ngarso sung tuludo" artinya kalau pendidik berada dimuka, ia memberi teladan kepada pendidiknya; ing madya mangun karso artinya kalau pendidik berada di tengah, dia membangun semangat berswakarya dan berkreasi pada peserta didiknya; dan tut wuri handayani artinya kalau pendidik berada di belakang, dia mengikuti dan mengarahkan peserta didiknya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab serta mencari jalan menurut Plato, Filsuf Yunani yang hidup dari tahun 429 SM- 346 mengatakan bahwa “Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing- masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.” Sedangkan menurut Aristoteles, Filsuf terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM mengatakan bahwa “Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran.”Pemerintah, dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara” Pasal 1 ayat 1 UU Tahun 2003.Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. Masalah filsafat umum antara lain tentang hakikat hidup yang baik, hakikat manusia yang ingin menerima pendidikan, hakikat masyarakat yang menjalani proses sosial, dan hakikat realitas akhir yang ingin dicapai semua Kneller dalam Sadulloh, 200872 filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif, preskriptif, dan analitik. Dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia yang sangat bermanfaat dalam menafsirkan data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda. Dikatakan preskriptif bila filsafat pendidikan menentukan tujuan- tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, dan menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan. Filsafat pendidikan dikatakan analitik bila ingin menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif seperti menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pendidikan, dan bagaimana konsistensinya dengan gagasan Filsafat Sebagai Induk Ilmu PengetahuanPengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut Plato 427 – 348 SM, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli Aristoteles 382 – 322 SM, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika. Al Kindi 801 M, filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia Al Farabi 870 – 950 M, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya. Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi4. FalsafahTujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran- penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu 1apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah logika; 2 mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk etika; 3apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek estetika.Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang- cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup1. Epistemologi Filsafat Pengetahuan2. Etika Filsafat Moral3. Estetika Filsafat Seni4. Metafisika5. Politik Filsafat Pemerintahan6. Filsafat Agama7. Filsafat Ilmu8. Filsafat Pendidikan9. Filsafat Hukum10. Filsafat Sejarah11. Filsafat MatematikaIlmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu Pendidikan sebagai Cabang Ilmu dari FilsafatSebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi- potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu 1 Filsafat Praktek Pendidikan dan 2 Filsafat Ilmu Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan. Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 tiga masalah pokok yaitu 1 apakah sebenarnya pendidikan itu; 2 apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan 3 dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai 1 struktur ilmu dan 2 kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 empatmacam yaitu1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu Pendidikan2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material Ilmu Pendidikan3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis Ilmu PendidikanPendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran Dorongan Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat PendidikanBanyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang berperadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea Israel atau Mesir. Jawabannya sederhana di Yunani, tidak seperti di daerah lainnya, tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih perkembangannya, filsafat Yunani sempat mengalami masa pasang surut. Ketika peradaban Eropa harus berhadapan dengan otoritas Gereja dan imperium Romawi yang bertindak tegas terhadap keberadaan filsafat di mana dianggap mengancam kedudukannya sebagai penguasa ketika Yunani kembali muncul pada masa Filsafat Yunani kembali muncul pada masa kejayaan Islam dinasti Abbasiyah sekitar awal abad 9 M. Tetapi di puncak kejayaannya, dunia filsafat Islam mulai mengalami kemunduran ketika antara para kaum filsuf yang diwakili oleh Ibnu Rusyd dengan para kaum ulama oleh Al-Ghazali yang menganggap filsafat dapat menjerumuskan manusia ke dalam Atheisme bergolak. Hal ini setelah Ibnu Rusyd sendiri menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli atau mistikus abad ke-13, peradaban filsafat Islam benar-benar mengalami kejumudan setelah kaum ulama berhasil memenangkan perdebatan panjang dengan kaum filsuf. Kajian filsafat dilarang masuk kurikulum pendidikan. Pemerintah mempercayakan semua konsep berfikir kepada para ulama dan ahli tafsir agama. Beriringan dengan itu, di Eropa, demam filsafat sedang menjamur. Banyak buku- buku karangan filsuf muslim yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Ini sekaligus menunjukkan bahwa setelah pihak gereja berkuasa pada masanya dan sebelum peradaban Islam mulai menerjemahkan teks-teks aristoteles dan lain sebagainya oleh Al Kindhi, di Eropa benar-benar tidak ditemukan lagi buku-buku filsafat hasil peradaban kebetulan atau tidak, ketika filsafat di dunia Islam bisa dikatakan telah usai dan berpindah ke Eropa, peradaban Islampun mengalami kemunduran sementara di Eropa sendiri mengalami masa yang disebut sebagai abad Renaissance atau abad pencerahan, pada sekitar abad ke-15 M. Tapi tidak demikian halnya dalam komunitas gereja. Periode ini juga menghantarkan dunia kristen menjadi terbelah. Doktrin para pendeta katolik terus mendapatkan protes dari kaum permulaan filsafat pendidikan berkembang dalam tingkat humanisme relativistik, humanisme ilmiah, dan humanisme literer. Humanisme relativistik memandang kebenaran tak dapat dicapai, akhirnya penampakan kebenaran dapat berlaku sebagai kebenaran itu sendiri. Opini harus didukung oleh argumentasi yang lebih baik. Humanisme ilmiah memandang pengetahuan mungkin bukan kebajikan, tetapi pengetahuan adalah suatu fondasi yang esensial untuk tingkah laku etis. Sedangkan humanisme literer memandang pendidikan dapat menjadikan orang-orang yang berkebajikan secara alamiah lebih efektif dan memproduksi orator yang sempurna “seseorang yang baik yang terampil berbicara.” Dari ketiga pemikiran ini tampaknya yang kuat menjadi pijakan filsafat pendidikan adalah humanisme relativistik ditokohi oleh para filsuf seperti Protagoras 481- 411 Gorgias 483 Prodicus 473 dan lain-lain. Pemikiran yang mereka terapkan dalam dunia pendidikan berhubungan dengan usaha mendidik warga negara keturunan yang baik untuk memegang senjata guna pertahanan Negara. Hanya saja sistem pendidikan itu tertuju bagi warga negara yang sudah mapan yang dipersiapkan untuk menempati barisan penguasa di Athena. Namun, banyak penduduk Athena mengkritik keangkuhan intelektual dan kelancangan filosofi pendidikan moral dan ketidakpastian intelektual para filsuf yang relativistik diselamatkan oleh Plato, murid Socrates, yang membangun fondasi pertama filsafat pendidikan dan menamakannya dengan humanisme ilmiah. Humanisme ilmiah mengutamakan kebenaran dan kebajikan. Kebenaran atau kebajikan tidak merupakan faktor kebetulan dari waktu dan tempat, keduanya berdiri di atas bantuan ilmu dan pikiran humanisme ilmiah Plato diadopsi oleh muridnya yang termasyhur, Aristoteles 384-322 Kenyataannya, Aristoteles menyimpang dari idealisme filosofis Plato dan menemukan kebenarannya lebih sebagai hasil pencapaian intelektual. Kebenaran Plato adalah spiritual dan rasional, kebenaran Aristoteles adalah material dan eksperimental. Namun, humanisme ilmiah keduanya didukung oleh satu dasar yang sehat, yaitu untuk mendidik literer mempunyai komitmen pada kesamaan pendapat yang satu sama baiknya dengan pendapat yang lain. Paham ini mempertaruhkan pendidikan pada kekuatan argumentasi yang lebih baik. Kehidupan sosial politik harus dibentuk oleh orang-orang yang mampu menggunakan kata-kata secara persuasif. Tokoh filsafat yang memperhatikan pola persuasif itu adalah Socrates yang mempertajam kemampuan oratorinya dengan meniti karir menulis IIIPENUTUPA. KesimpulanFilsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif, preskriptif, dan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan PUSTAKAArbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar Kepada Filsafat Depdikbud Dikti Muhammad. 2016. filsafat pendidikan. Jogjakarta Valia Ahmad. 2015. Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai Remaja Rosda Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung Alfabeta. diakses 1oktober 2019*Sumber Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Docx makalah latar belakang munculnya filsafat pendidikan merupakan desain gambar wallpaper HD gratis yang diunggah oleh seorang fotografer dan ahli desain grafis terbaik di indonesia. Pada halaman ini kami juga memiliki berbagai gambar menarik dengan format PNG, JPEG, JPG, BMP, GIF, WebP, TIFF, PSD, EPS, PCX, CDR, AI, logo, icon, vector, hitam dan putih, transparan, dll. Semua konten yang tersedia bersumber dari seluruh situs penyedia gambar di indonesia. Silahkan Unduh foto atau gambar ini dalam resolusi HD dengan cara klik "Tombol Download" dibawah-nya. Jika Anda tidak menemukan resolusi sesuai dengan apa yang Anda cari, maka pilihlah resolusi asli atau yang lebih tinggi. Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa untuk bookmark makalah latar belakang munculnya filsafat pendidikan using Ctrl + D PC atau Command + D macos. Jika Anda menggunakan ponsel, Anda juga dapat menggunakan menu simpan halaman melalui browser. Sistem Operasi apapun yang digunakan baik itu Windows, Mac, iOs atau Android dapat mengunduh gambar menggunakan tombol download. Makalah Filsafat Pendidikan Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Seluk Beluk Dan Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Makalah Filsafat Aliran Modern Pdf Aliran Aliran Filsafat Pendidikan Islam Arian Sahidi Inspiratif Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Makalah Filsafat Pendidikan 2 393419883 Makalah Al Thusi Ibn Maskawaih Docx Doc Makalah Aliran Aliran Filsafat Pendidikan Nabila Filsafat Pendidikan Latar Belakang Munculnya Filsafat Makalah Aliran Aliraan Filsafat Pendidikan Docx MAKALAH LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok FILSAFAT PENDIDIKAN Dosen Pengampu Jaenal Abidin, Disusun Oleh Yuni Silvia Z NPM 1441170506003 Atun Hartinah NPM 1441170506005 Intan Sarah NPM 1441170506006 PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2016 KATA PENGANTAR Dengan Mengucapakan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas khendak Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. meskipun banyak sekali kekurangan dan kesalahan didalamnya, namun kami berharap bisa memberikan sedikit pengetahuan tentang hal yang kami tulis ini. Makalah ini berjudul “Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan”, dimana didalamnya diterangkan tentang perkembangan pemikiran filsafat spiritualisme kuno, reaksi terhadap spiritualisme di Yunani, pemikiran filsafat Yunani kuno hingga abad pertengahan, pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates, Plato dan Aristoteles. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. kami menyadari bahwa dalam penuliasan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Karawang, Maret 2016 Penyusun, DAFTAR ISI Kata Pengantar ....................................................................................................i Daftar Isi ..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1 Latar Belakang.....................................................................................1 Rumusan Masalah................................................................................1 Tujuan .................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2 Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan ……………..……... 2 Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno …………….. 2 Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani ……………………...…… 6 Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan ……...…8 Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates 470-399 SM ….....8 Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato 427-347 SM …….......9 Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles 367-345 SM …10 BAB III PENUTUP...........................................................................................14 Kesimpulan........................................................................................14 Saran..................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan the mother of sciences yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupanya. Diantara permasalahan yang dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada dilingkungan pendidikan. Padahal menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan Apa yang dikatakan John Dewey memang benar. Dan karena itu filsafat dan pedidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalal-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerlukan jawaban secara filosofis. Dan pada makalah ini kami akan mencoba membahas latar belakang munculnya filsafat pendidikan perekembangan filsafat dan pemikiran filsafat dari beberapa filosof. Rumusan masalah 1. Bagaimana latar belakang munculnya filsafat pendidikan? 2. Bagaiamana reaksi pemikiran filsafat Spiritualisme kuno di Yunani? 3. Bagaimana pemikiran filsafat menurut Socrates, Plato dan aristoteles? Tujuan penelitian 1. Mengetahui latar belakang munculnya filsafat pendidikan. 2. Mengetahui reaksi pemikiran filsafat spiritualisme kuno di Yunani. 3. Memahami pemikiran filsafat menurut Socrates, Plato dan Aristoteles. BAB II PEMBAHASAN Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya, apa itu, dari mana itu, hendak kemana, dan bagaimana. Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun barat mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “ bilakah permulaan yang ada ini, dan apakah yang sesuatu yang pertama kali terjadi, apakah yang terakhir sekali bertahan didalam ini” Rifai, 1994 67. Akan tetapi mereka akan berusaha untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karenaa itu, pendidikaan membutuhkan filsafat. Mengapa pendidikan membutuhkan filsafat? Karena masalah – masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno Dari uraian diatas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno. Kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya zarathusthra, dari keluarga sapitama, yang lahir ditepi sebuah sungai, yang ditolong oleh ahura Mazda dalam masa pemerintahaan raja-raja akhamania 550-530 SM. Timur jauh Yang termasuk dalam wilayah timur jauh ialah Cina, India dan jepang. Di India berkembang filsafat spiritualisme, Hinduisme, dan Buddhisme. Sedangkan di Jepang berkembang shintoisme. Begitu juga di Cina berkembang, Taoisme, dan Komfusianism. a. Hinduisme Pemikiran spiritualisme Hindu adalah konsep karma yang berarti setiap individu telah dilahirkan kembali secara berulang dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal reingkarnasi . Karma tersebut pada akhirnya akan menemukan status seseorang sebagai anggota suatu kasta. Poedjawijatna 198654 mengatakan, bahwa para filosof Hindu berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk dalam kebebasan yang menurut mereka sempurna. b. Buddha Pencetus ajaran Buddha ialah Sidarta Gautama Kira-kira 563-483 SM sebagai akibat ketidakpuasannya terhadap penjelasan para guru Hindu isme tentang kejahatan yang sering menimpa manusia. Setelah melakukan hidup bertapa dan meditasi selama 6 tahun, secara tiba-tiba menemukan gagasan dan jawaban dari pertanyaannya. Gagasa-gagasan itulah yang kemudian menjadi dasar-dasa agama Buddha samuel Smith, 198612 . Filsafat Buddha berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di Dunia ini terliputi oleh sengsara yang disebabakan oleh “Cinta” terhadap suatu yang berlebihan. c. Taoisme Pendiri Taoisme adalah Leo Tse, Lahir pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung makna Filsafat adalah jalan tuhan atau sabda tuhan, Tao ada dimana-mana tetapi tidak berbentuk dan tida pula diraba, dilihat,dan di dengar. Manusia harus hidup selaras dengan tao, dan harus bisa menahan hawa nafsunya sendidi. Pengertian Tao dalam filsafat Lao Tse tersebut dapat dimasukan dalam aliran menurut aliran-aliran filsafat India dan Tiongkok, spirirtualisme itu berkaitan dengan Etika, karena ia memberi petunjuk bagaimana manusia mesti bersikap dan bertindak di dunia agar memperoleh bahagia dan kesempurnaan ruh Gazalba198660 d. Shinto Shinto merupakan salah satu kepercayaan yang banyak dipeluk masyarakat Jepang. Agama Shinto tumbuh di jepang yang sangat respek terhadap alam natural di sebabkan ajaran-ajaranya mengadung nilai antara lanin kreasi SOZO, generasi size, pembangunan hatten, sehingga ia menjadi jalan hidup dan kehidupan dan mengandung nilai optimis. Melihat ajaran-ajaran pokok moral Shinto yang mengandung makna filsafat yang tinggi diatas, maka tidalah berlebihan jika ajaran-ajaranya mengandung nilai motivasi dan optimistik guru menjadi pegangan bagi penganutnya Yahudi berasal dari nama seorang putra ya’kub, yahuda. Putra ke empat dari 12 bersaudar, 12 orang inilah yang kelak menjadi nenek moyang bangsa yahudi yang dinamakan bangsa Israel, agama yahudi pada prinsipnya sama dengan Agama nasroni dan Agama islam, karena itu Agama Yahudi disebut juga Agama kitab samawi , yang berarti agama yang mempunyai kitab suci dari Nabi. Pemikiran-pemikiran fisafat timur tengah muncul sekitar 1000-150 SM. Tanda-tanda yang tempat keberadaan pemikiran filsafat itu ialah adanya penguraian tentang bentuk-bentuk penindasan moral dari monotiesme, peredaran, kebenaran dan bernilai elama dua ribu tahun yang lalu dokrtin-doktrin monotiesme dan pengajaran tentang etnis yang di anggap penting dari kaum Yahudi, yang di kembangkan oleh Nabi musa dan para Nabi Elijah. Pendidikan di mulai guna mengangkat martabat dan pengharapan kemanusiaan pada masa depan Smith, 19864 b. Kristen pengikutnya agama Kristen pada waktu itu tidak ubahnya seperti penganut agama lainnya, yaitu dari golongan rakyat jelata. Setelah berkembang, pengikutnya merabah kekalangan atas, ahli fikir filosof , dan kemudian para pemikir atas kemajuannya, zaman ini disebut zaman patristic. Pater berarti bapa, yaitu para bapak gereja. zaman patristik adalah zaman rasul pada abad pertama , sampai abad kedelapan. Para filosofis Kristen pada masa itu mempunyai identitas yang berpariasi dan mempunyai banyak aliran. 2. RomawidanYunaniAntromornisme Antromornisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sipat Tuhan pencipta dengan sifat-sifat manusia yang di ciptakan . Misalnya tentang tuhan di samakan dengan tangan manusia. Paham ini muncul zaman patristic dan skolastik, pada akhir zaman kuno atau zaman pertengahan filsafat barat di pengaruhi oleh pemikiran Kristian. Aliran-aliran filsafat yang memepunyai pengaruh sangat besar di roma adalah, pertama, epistimologi, yang di motori oleh epicurus 341-270 . Epicurus mengatakan bahwa rasa suka dimiliki apabila hidup secara relevan dengan alam manusia. Sementara rasa duka merupakan yang terburuk dan patut di hindari. Kedua, aliran stoa, yang dipelopori oleh zani 336-246 . Aliran mempunyai pendapat bahwa adanya kebajikan itu apa bila manusia hidup sesuai dengan alam Poedjawi jatna, 198622 ’ Dalam sejarah, filsafat Yunani dipakai sebagai penangkal sejarah filsafat barat. Dikatakan pangkal karena dunia barat dalam alam pemikiran mereka berpangkal pada pemikiran i Yunani sejak sebelum permualaan tahun masehi, ahli-ahli piker mecoba menarik teka-teki alam, mereka ingin mengetahui asal mula alam serta dengan isinya. Pada masa itu terdapat keterangan-keterangan mengenai proses terjadinya alam semesta dan isinya, semua keterangan tersebut sebatas kepercayaan semata. Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan keruhanian, lawan dari materialisme Poerwadarmita 1984963 . Namun demikian, ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Maka lahirlah aliran materialism. Diantara tokonya adalah Leukipos dan Demokritus 460-370 SM , yang menyatakan bahwa semua kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah materi. Kemudian, lahirlah pula aliran rasionalisme Rane Descrates, yang menyatakan bahwa pusat segala sesuatu terletak pada dunia ratio, semesta yang lain adalah objeknya. 1. Idealisme Tokoh aliran idealism adalah plato 427-372 SM . Ia adalah murid Socrates. Aliran idealism merupakan suatu aliran filsafat yang menggagungkan jiwa. Menurut aliran ini, cinta adalah gambaran asli yang bersifat ruhani dan jiwa terletak di antara gambaran asli Suryadipura, 1994 133 . Dari pertemuan jiwa dan cinta lahirlah suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanyalah idea. Idea selalu tetap tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak tidak di kategorikan idea poedjawijatna,198723. Disisi lain filsafat idealism plato banyak memberikan pengaruh dan sumbangan dalam dunia pendidikan. Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga Negara. Setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu yang ada sesuai dengan bakat, minat, dan kemampan masing-masing sesuai jenjang usianya. Pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa Negara. Merupakan aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan, aliran ini, benda merupakan sumber segalanya poerwadarminta, menurut 1984683 , aliran ini berpikiran sederhana, bahkan segala sesuatu yang ada di dalam ini dapat di lihat dan di observasi, baik wujudnya, gerakanya maupun peristiwa-peristiwanya. T okoh-tokoh aliran materialisme diantaranya adalah Leukipos dan Demokritus 460-370 SM . Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena atom kecil, yang menpunyai bentuk dan bertubuh, jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak suryadipura, 1994130 . Atom tersebut membentuk satu kesatuan yang di kuasai oleh hukum-hukum fisis kimiawi, dan atom-atom yang tertinggi nilainya dapat membentuk manusia, dan kemungkinan yang dimiliki manusia tidak melampaui kemungkinan kombinasi-kombinasi atom. Oleh karena itu, tidak melampai potensi-potensi jasmani, karena keduanya memiliki sumber yang sama. Demikian juga dengan keberakhiran atau kematian, disebabkan karena hancurnya struktur atom-atom pelemburan dan kombinasi atom-atom yang ada pada manusia atau alam lainnya. 3. Rasionalisme Pelopor aliran rasionalisme adalah Rane Descrates 1595-1650 . Ia juga penggerak dan pembaru pemikiran modern abad ke-17 selama 198878 . Menurutnya, sumber pengatahuan yang dapat di jadikan patokan dan dapat di uji kebenaranya adalah rasio, sebab pengetahuan yang berasal dari proses akal dapat memenuhi syarat-syarat ilmiah. Dengan demikian akal di anggap sebagai perantara khusus untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Hal senada juga dinyatakan filosof Blaise Pascal 1632-1662 , bahwa akal adalah tumpuan utama dalam menjalani pengetahuan untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan kemampuan dalam menganalisis bahan objek . Tetapi disis lain, akal tidak dapat menemukan pengertian yang sempurna tanpa ada keterkaitan dengan pengalaman. Karena dalam mengambil suatu keputuasan yang berfungsi tidak saja akal, tetapi hati juga turut menentukan. Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan Suatu pandangan teroritis itu mempunyai hubungan erat dengan lingkungan di mana pemikiran itu di jalankan, begitu juga lahirnya filsafat yunani pada abad ke-16 SM. Bagi orang yunani, filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah. Di yunanilah pemikiran ilmiah mulai tumbuh, terutama di bidangfilsafatpenidikan. Pada masa ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih berdasarkan kepercayaan. Dan karena para filsuf belum puas atas keterangan itu, akhirnya mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya. Misalnya dengan menanyakan dan mencari jawaban tentang apakah sebetulnya ala mini? Apakah intisari alam arche ini. Arche berasal dari bahasa yunani yang berarti mula, asal. Oleh karena itu filsuf-filsuf berusaha mencari inti alam, maka mereka di sebut filsuf alam dan filsafat mereka disebut filsafat alam. Masa pra-socrates di warnai pula oleh munculnya kaum sofisme. Kaum sopis ini pertama kali di Athena. Sofis berasal dari kata sofhos yang beati cendikiawan. Sebutan ini semula diberikan kepada orang-orang pandai ahli filsafat, ahli bahasa, dan lain-lain. Aliran sofis dipelopori oleh protogoras. Menurut kaum sofis, manusia menjadi ukuran kebenaran tidak ada kebenaran yang berlaku secara universal, kebenaran hanya berlaku secara individual. Kebenaran itu menurut saya, dan retorika merupakan alat utama utuk memepertahankan kebenaran salam, 1982107. Dalam sejarah kaum sofis adalah kelompok yang pertama kali mengorganisasi pendidikan kaum muda. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates 470-399 SM Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofis dan metode pengajaraanya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia barat. Socrates lahir di Athena, merupakan putra seorang pemahat dan seorang bidan yang tidak begitu di kenal, yaitu Sophonicus dan Phaenarete smith,198619 . Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis. Meode ini di gunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang di rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Seorang guru tidak boleh memaksakan gagasan-gagasan atau pengetahuannya kepada seorang siswa, karena seorang siswa di tuntut untuk bisa mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir secara keritis. Metode ini tidak lain di gunakan untuk meneruskan inelektualitas, mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan kekuatan mental seseorang. Dengan kata lain, tujuan pendidikan yang benar adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan di siplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus menerus dan sestandar moral yang tinggi Smith. 198625 . Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato 427-347 SM Plato dilahirkan dalam keluraga aristrokrasi di Athena, serikat 427 SM. Ayahnya Ariston, adalah keturunan dari raja pertama Athena yang pernah berkuasa pada abad ke-7 SM. Semnentara ibunya, periction adalah keturunan keluarga solon, seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri demokrasi Athena termuka smith, 198629. Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga Negara. Negara wajib memberi pendidikan kepada setiap warga negaranya. Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai bakat, minat, dan kemampuan masing-masing jenjang usianya. Sehingga pendidikan itu sediri memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa, dan Negara. Menurut plato, idealnya dalam sebuah Negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapatkan perhatian yang yang sangat mulia, maka ia harus di selenggarakan oleh Negara. Karena pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tidakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang patut dan apa yang tidak patut Raper,1988110. Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga Negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas-tugasnya secara efesien sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut Plato, pendidikan direncanakan dan deprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga hingga sampai dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga, dari tiga puluh tahun samapi empat puluh tahun. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles 367-345 SM Aristoteles adalah murid plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang masa. Umat manusia telah berutang budi padanya oleh karena banyaknya kemajuan pemikiranya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, khususnya logika, politik, etika, biologi, dan psikologi. Aristoteles lahir tahun 394 SM, di Stagira, sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice di sebelah barat laut Egea. Ayahnya, NIchomachus adalah dokter perawat Amyntas II, raja Macedonia, dan ibunya, phaesta mempunyai nenek moyang terkemuka. Menurut Aristoteles, agar orang bisa hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bingbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal, guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik itu yang mempunyai tujuan tujuan untuk kebahagiaan. Kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif Barnadib. 199472. BAB III PENUTUP Kesimpulan Ø Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno. Ø Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan keruhanian, lawan dari materialisme Poerwadarmita 1984963 . Namun demikian, ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Ø Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofis dan metode pengajaraanya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia barat Ø Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga Negara yang baik, masyarakat yang harmonis Saran Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideologi suatu bangsa dan negara. Tujuan berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi. Demikian makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, dan kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Hermawan, A. Haris. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Jalaluddin, dan Said Usman. 1994. Filsafat Pendidikan Islam Konsep Pengembangan Dan Pemikirannya. Jakarta Raja Grafindo Persada. Sadullah, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung Antasari Press. Salahudin, Anas. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung Pustaka Setia.

latar belakang munculnya filsafat pendidikan